BAYI LAHIR DARI IBU DENGAN
TUBERCULOSIS
TUBERKULOSIS PADA KEHAMILAN
Di Indonesia, kasus baru
tuberkulosis hampir separuhnya adalah wanita dan menyerang sebagian besar
wanita pada usia produktif. Kira-kira 1-3% dari semua wanita hamil menderita
tuberkulosis. Pada kehamilan terdapat perubahan-perubahan pada sistem hormonal,
imunologis, peredaran darah, sistem pernafasan, seperti terdesaknya diafragma
ke atas sehingga paru-paru terdorong ke atas oleh uterus yang gravid
menyebabkan volume residu pernafasan berkurang. Pemakaian oksigen dalam
kehamilan akan bertambah kira-kira 25% dibandingkan diluar kehamilan, apabila
penyakitnya berat atau prosesnya luas dapat menyebabkan hipoksia sehingga hasil
konsepsi juga ikut menderita. Dapat terjadi partus prematur atau kematian
janin.
Proses kehamilan, persalinan, masa nifas dan laktasi mempunyai pengaruh kurang menguntungkan terhadap jalannya penyakit. Hal ini disebabkan oleh karena perubahan-perubahan dalam kehamilan yang kurang menguntungkan bagi proses penyakit dan daya tahan tubuh yang turun akibat kehamilan.
Proses kehamilan, persalinan, masa nifas dan laktasi mempunyai pengaruh kurang menguntungkan terhadap jalannya penyakit. Hal ini disebabkan oleh karena perubahan-perubahan dalam kehamilan yang kurang menguntungkan bagi proses penyakit dan daya tahan tubuh yang turun akibat kehamilan.
IMUNOLOGI
Imunitas manusia menunjukkan
imunitas alamiah terhadap tuberkulosis, dengan variasi individu yang besar.
Usia merupakan faktor penentu penting bagi imunitas alamiah terhadap tuberkulosis.
Imunitas spesifik antigen tergantung pada Limposit T.
BAKTERIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah
Mycobacterium tuberkulosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang
1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman ini terdiri dari asam lemak(Lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan terhadap gangguan
kimia dan fisik.
Kuman dapat tahan hidup padaa udara
kering maupun dalam keadaan dingin(dapat bertahun-tahun dalam lemari es) Hal
ini terjadi karena kuman yang ada pada sifat yang dormant, yang kemudian dapat
bangkit kembali dan menjadi tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman ini
adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
kandungan oksigennya tinggi. Cara penularan melalui udara pernafasan dengan
menghirup partikel kecil yang mengandung bakteri tuberkulosis, minum susu sapi
yang sakit tuberkulosis. Masa tunas berkisar antara 4-12 minggu. Masa penularan
terus berlangsung selama sputum BTA penderita positif.
KLASIFIKASI
TUBERKULOSIS
Di Indonesia, Klasifikasi yang
banyak dipakai adalah :
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka yang
dibagi menjadi :
a. Tuberkulosis paru tersangka yang
diobati, sputum BTA negatif tapi tanda klinis positif.
b. Tuberkulosis paru tersangka yang
tidak diobati, sputum BTA negatif dan tanda-tanda klinis juga meragukan.
PATOGENESIS
:
Tuberkulosis Primer
Penularan tuberculosis paru terjadi
karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet dalam udara.
Partikel ini dapat menetap di udara selama 1-2 jam, tergantung ada atau
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik, dan kelembaban. Dalam suasana
gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila
partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka ini akan menempel pada
jalan nafas atau paru-paru. Kebanyakan partikel ini akan mati oleh makrofag
yang keluar dari cabang trakeo-bronchial deserta gerakan silia dengan
sekretnya. Bila kuman menetap dalam jeringan paru, ia akan menetap dalam
sitoplasma makrofag. Dari sini ia akan terbawa ke organ tubuh lainnya. Kuman
yang bersarang di paru akan membentuk sarang primer atau efek primer. Kemudian
timbul peradangan saluran getah bening menjadi kompleks primer yang selanjutnya
dapat menjadi : sembuh tanpa cacat, sembuh dengan sedikit cacat atau bekas
berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi hilus, berkompilasi dan menyebar
secara perkontinuitatum, bronkogen, limfogen, hematogen.
Tuberulosis post primer
Kuman yang dormant pada tuberkulosis
primer akan muncul setelah beberapa tahun kemudian sebagai infeksi endogen
menjadi tuberkulosis dewasa(postprimer). Tuberkulosis post primer ini dimulai
dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru-paru. Invasnya adalah ke
daerah parenkim paru.
BATASAN
TBC paru adalah penyakit pada
parenkim paru yang disebabkan oleh micobakterium tuberkulosis.
PERJALANAN
PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA KEHAMILAN
1. Pengaruh kehamilan pada tuberculosis
2. Pengaruh tuberkulosis pada kehamilan
3. Pengaruh tuberkulosis pada
persalinan.
4. Pengaruh tuberkulosis pada bayi
Pengaruh kehamilan pada tuberkulosis
paru
Tidak selalu mudah untuk mengenali
ibu hamil dengan tuberkulosis paru, apalagi penderita tidak menunjukkan
gejala-gejala yang khas seperti badan kurus, batuk menahun atau hemaptoe.
Tuberkulosis aktif tidak membaik atau memburuk dengan adanya kehamilan. Tetapi
kehamilan bisa meningkatkan risiko tuberkulosis inaktif terutama pada post
partum. Reaktifasi tuberkulosis paru yang inaktif juga tidak mengalami
peningkatan selama kehamilan. Angka reaktifasi tuberkulosis paru-paru kira-kira
5-10% tidak ada perbedaan antara mereka yang hamil maupun tidak hamil.
Tuberkulosis pada kehamilan
Prognosis bagi wanita hamil dengan
penyakit tuberculosis yang aktif telah mengalami perbaikan yang luar biasa
selama waktu 30 tahun terakhir ini. Beberapa preparat tuberculosis urutan
pertama tidak terlihat memberikan efek yang merugikan bagi janin. Penyakit
tuberculosis yang aktif selalu dapat diobati paling tidak dengan dua .macam
preparat tuberculosis. Dalam suatu tinjauan (Snider,dkk 1980) tidak menemukan
frekuensi cacat lahir pada anak-anak yang ibunya mendapatkan pengobatan
isoniazid, ethambutol maupun rifampisin selama kehamilannya. Kelainan
auditorius dan vestibuler yang ringan pernah ditemukan pada terapi dengan streptomisin.
Kalau isoniazid digunakan selama kehamilan, piridoksin harus pula diberikan
sebagai suplemen untuk mengurangi kemungkinan neurotoksisitas yang potensial
pada janin.
Bayi dari wanita yang menderita tuberculosis, mempunyai berat badan lahir rendah, 2 x lipat meningkatkan persalinan premature, kecil masa kehamilan, dan meningkatkan kematian perinatal 6 kali lipat. Pengaruh utama tuberculosis terhadap kehamilan adalah mencegah terjadinya konsepsi sehingga banyak penderita tuberculosis yang mengalami infertilitas.
Jika seorang wanita positif tuberculosis, riwayat penyakit harus dianamnesis dengan cermat dan pemeriksaan fisik yang lengkap harus dilakukan dengan melakukan foto thorks dan bagian abdomen dilindungi ketika pemeriksaan kardiologi itu dilakukan. Jika hasilnya negative, pengobatan tidak diberikan sampai sesudah persalinan bayi, yaitu dengan pemberian isoniazid selama satu tahun sebagai tindakan profilaksis. Bayi yang lahir dari ibu dengan tuberculosis cukup rentan terhadap penyakit tersebut. Karena itu bayi harus diisolasi segera dari ibunya yang dicurigai tuberculosis aktif. Karena adanya risiko untuk terjadinya penyakit tuberculosis yang aktif pada bayi, maka terapi profilaksis dengan isoniazid ataukah tindakan vaksinasi BCG, keduanya mempeunyai manfaat yang cukup besar.
Bayi dari wanita yang menderita tuberculosis, mempunyai berat badan lahir rendah, 2 x lipat meningkatkan persalinan premature, kecil masa kehamilan, dan meningkatkan kematian perinatal 6 kali lipat. Pengaruh utama tuberculosis terhadap kehamilan adalah mencegah terjadinya konsepsi sehingga banyak penderita tuberculosis yang mengalami infertilitas.
Jika seorang wanita positif tuberculosis, riwayat penyakit harus dianamnesis dengan cermat dan pemeriksaan fisik yang lengkap harus dilakukan dengan melakukan foto thorks dan bagian abdomen dilindungi ketika pemeriksaan kardiologi itu dilakukan. Jika hasilnya negative, pengobatan tidak diberikan sampai sesudah persalinan bayi, yaitu dengan pemberian isoniazid selama satu tahun sebagai tindakan profilaksis. Bayi yang lahir dari ibu dengan tuberculosis cukup rentan terhadap penyakit tersebut. Karena itu bayi harus diisolasi segera dari ibunya yang dicurigai tuberculosis aktif. Karena adanya risiko untuk terjadinya penyakit tuberculosis yang aktif pada bayi, maka terapi profilaksis dengan isoniazid ataukah tindakan vaksinasi BCG, keduanya mempeunyai manfaat yang cukup besar.
Pengaruh tuberculosis dalam
persalinan
Setengah dari jumlah kasus yang
dilaporkan selama proses persalinan terjadi infeksi pada bayi yang disebabkan
karena teraspirasi secret vagina yang terinfeksi kuman tuberculosis.
Pengaruh tuberculosis pada bayi
Bakteriemia selama kehamilan dapat
menyebabkan infeksi plasenta, sehingga janinpun dapat terinfeksi, kalaupun ada,
kejadian ini jarang tetapi fatal. Pada setengah kasus infeksi didapatkan
penyebaran hematogen pada hati atau paru melalui vena umbilikalis, setengah
kasus lagi infeksi pada bayi disebabkan aspirasi secret vagina yang terinfeksi
selama proses persalinan.
Infeksi neonatal tidak mungkin terjadi jika ibunya yang menderita tuberculosis aktif telah berobat minimal 2 minggu sebelum bersalin atau kultur BTA mereka negative.
PENGOBATAN
Infeksi neonatal tidak mungkin terjadi jika ibunya yang menderita tuberculosis aktif telah berobat minimal 2 minggu sebelum bersalin atau kultur BTA mereka negative.
PENGOBATAN
Pengobatan medis
Pengobatan
tuberculosis aktif pada kehamilan hanya berbeda sedikit dengan penderita yang
tidak hamil. Ada 11 obat tuberkulosis yang terdapat di Amerika Serikat, 4
diantaranya dipertimbangkan sebagai obat primer karena kefektifannya dan
toleransinya pada penderita, obat tersebut adalah isoniazid, rifampisin,
ethambutol dan streptomycin. Obat sekunder adalah obat yang digunakan dalam
kasus resisten obat atau intoleransi terhadap obat, yang termasuk adalah
paminasalisilic acid, pyrazinamide, cycloserine, ethionamide, kanamycin,
voimycin dan capreomycin.
Pengobatan
selama setahun dengan isoniazid diberikan kepada mereka yang tes tuberkulin
positif, gambaran radiologi atau gejala tidak menunjukkan gejala aktif.
Pengobatan ini mungkin dapat ditunda dan diberikan pada postpartum. Walaupun
beberapa penelitian tidak menunjukkan efek teratogenik dari isoniazid pada
wanita postpartum. Beberapa rekomendasi menunda pengobatan ini sampai 3-6 bulan
post partum. Sayangnya, penyembuhannya akan membawa waktu yang sangat lama.
Isoniazid
termasuk kategori obat C dan ini perlu dipertimbangkan keamanannya selama
kehamilan. Alternatif lain dengan menunda pengobatan sampai 12 minggu pada
penderita asimtomatik. Karena banyak terjadi resistensi pada pemakaian obat
tunggal, maka sekarang direkomendasikan cara pengobatan dengan menggunakan
kombinasi 4 obat pada penderita yang tidak hamil dengan gejala tuberkulosis.
Ini termasuk isoniazid, rifampisin, pirazinamide atau streptomycin diberikan
sampai tes resistensi dilakukan. Beberapa obat tuberkulosis utama tidak tampak
pengaruh buruknya terhadap beberapa janin. Kecuali streptomycin yang dapat
menyebebkan ketulian kongenital, maka sama sekali tidak boleh dipakai selama
kehamilan.
The
center for disease control(1993) merekomendasikan resep pengobatan oral untuk
wanita hamil sebagai berikut :
1.
Isoniazid
5 mg/kg, dan tidak boleh lebih 300 mg per hari bersama pyridoxine 50 mg per
hari.
2.
Rifampisin
10 mg/kg/hr, tidak lebih 600 mg sehari.
3.
Ethambutol
5-25 mg/kg/hari, dan tidak lebih dari 2,5 gram sehari(biasanya 25 mg/kg/hari
selama 6 minggu kemudian diturunkan 15 mg/kg/hr.
Pengobatan ini diberikan minimal 9
bulan, jika resisten terhadap obat ini dapat dipertimbangkan pengobatan dengan
pyrazinamide. Selain itu pyrazinamide 50 mg/hari harus diberikan untuk mencegah
neuritis perifer yang disebabkan oleh isoniazid. Pada tuberkulosis aktif dapat
diberikan pengobatan dengan kombinasi 2 obat biasanya digunakan isoniazid 5
mg/kg/hari (tidak lebih 300 mg/hari) dan ethambutol 15 mg/kg/hari. Pengobatan
dilanjutkan sekurang-kurangnya 17 bulan untuk mencegah relaps. Pengobatan ini
tidak dianjurkan jika diketahui penderita telah resisten terhadap isoniazid.
Jika dibutuhkan pengobatan dengan 3 obat atau lebih, dapat ditambah dengan
rifampisin tetapi stretomycin sebaiknya tidak digunakan. Terapi dengan
isoniazid mempunyai banyak keuntungan (manjur, murah, dapat diterima penderita)
dan merupakan pengobatan yang aman selama kehamilan.
Evaluasi pengobatan :
1. Klinis :
Biasanya
penderita dikontrol setiap minggu selama 2 minggu, selanjutnya setiap 2 minggu
selama sebulan sampai akhir pnegobatan. Secara klinis hendaknya terdapat
perbaikan dari keluhan-keluhan penderita seperti : batuk-batuk berkurang, batuk
darah hilang, nafsu makan bertambah.
2. Bakteriologis :
Biasanya
estela 2-3 minggu pengobatan, sputum BTA mulai jadi negatif. Pemeriksaan
control sputum BTA dilakukan sekali sebulan. Bila sudah negatif, sputum BTA
tetap diperiksa sedikitnya sampai 3x berturut-turut bebas kuman. Sewaktu-waktu
mungkin terjadi silent bacterial shedding, dimana sputum BTA positif dan tanpa
keluhan yang relevan pada kasus-kasus yang memperoleh kesembuhan. Bila ini
terjadi, yakni BTA positif pada 3 kali pemeriksaan biakan (3 bulan), berarti
penderita mulai kambuh lagi tuberkulosisnya. Bila bakteriologis ada perbaikan,
tetapi klinis dan radiologis, harus dicurigai adanya penyakit lain disamping
tuberkulosis paru. Bila klinis, bakteriologis dan radiologis tetap tidak ada
perbaikan padahal penderita sudah diobati dengan dosis adekuat serta teratur,
perlu dipikirkan adanya gangguan imunologis pada penderita tersebut.
Kegagalan pengobatan
Penyebab kegagalan pengobatan yang
terbanyak pada kehamilan adalah karena kekurangan biaya pengobatan atau merasa
sudah sembuh. Kegagalan pengobatan pada kehamilan ini dapat mencapai 50% pada
pengobatan jangka panjang, karena sebagian besar penderita tuberkulosis adalah
golongan yang tidak mampu sedangkan pengobatan tuberkulosis memerlukan waktu
yang lama dan biaya yang banyak.Untuk mencegah kegagalan pengobatan pada kehamilan
ini perlu adanya motivasi yang kuat dari penderita.
Penanggulangan terhadap kasus-kasus
yang gagal pada kehamilan adalah :
a. Terhadap
penderita yang sudah berobat secara teratur :
1. Menilai kembali apakah paduan obat
sudah adekuat mengenai dosis dan cara pemberiannya.
2. Lakukan tes resistensi kuman
terhadap obat
3. Bila sudah dicoba dengan obat tetapi gagal,
maka pertimbangkan akan pengobatan dengan pembedahan terutama pada penderita
dengan kavitas.
b. Terhadap
penderita dengan riwayat pengobatan yang tidak teratur :
1. Teruskan pengobatan selama lebih 3
bulan dengan evaluasi bakteriologis tiap-tiap bulan
2. Nilai kembali tes resistensi kuman
tterhadap obat
3. Bila ternyata terdapat resistensi
terhadap obat, ganti dengan paduan obat yang masih sensitive
Penanganan obstetric
1. Pemeriksaan antenatal care yang
teratur
2. Istirahat yang cukup
3. Makan makanan yang bergizi
4. Pemeriksaan kehamilan yang baik
5. Dukungan keluarga
6. Berikan isolasi yang memadai selama
persalinan,
7. Kelahiran dan periode pasca
persalinan.
8. Plasenta harus diukur
9. Bayi diperiksa untuk mengetahui
adanya tuberculosis
10. Untuk perlindungan terhadap bayi
yang tidak menunjukkan gejala dan tanda penyakit aktif berikan baik isoniazid
maupun vaksinasi BCG.
Diagnosis :
1. Anamnesis : Pernah kontak dengan
pasien TBC, batuk kronis, batuk darah, nyeri dada, keringat malam, berat badan
menurun, demam.
2. Laboratorium : Pemeriksaan BTA dan
kultur, LED sangat tinggi
3.
PPD
: (+) jika >10 mm
4. Foto thorak tidak rutin dikerjakan
pada kehamilan.
Pengelolaan
:
1. Rawat bersama dengan bagian penyakit dalam
2. Medikamentosa
:
a. Bila PPD positif tanpa kelainan radiologis ataupun gejala klinik
diberikan : INH 400 mg selama 1 tahun.
b. Bila TBC paru (BTA +) : IR7H7E7 – 5-gr 8
R2H2.
*
Rifampisin
450-600 mg/hari selama 1 bulan, dilanjutkan dengan 600 mg 2x seminggu selama
5-8 bulan
*
INH 400 mg/hari selama 1 bulan, dillanjutkan
700 mg 2x seminggu selama 5-8 bulan.
*
Ethambutol
1000 mg/hari selama 1 bulan.
3. Obstetri :
a. Kehamilan : PNC teratur, kegiatan fisik
dikurangi, istirahat cukup, Diit TKTP, koreksi anemia.
b. Persalinan
: Kala II diperpendek hanya atas
indikasi obstetri.
Pasca salin :
Pasca salin :
·
Bila
TBC aktif, bayi harus dipisahkan dari ibu, dan baru dapat menyusui paling cepat
bila ibu telah mendapat therapi antituberkulosis selama 3 minggu.
·
Bayi
: Terapi INH profilaksis dan vaksinasi BCG.
Penanganan Tuberkulosis dalam
persalinan.
1. Bila proses tenang, persalinan akan
berjalan seperti biasa, dan tidak perlu tindakan apa-apa.
2. Bila proses aktif, kala I dan II
diusahakan mungkin. Pada kala I, ibu hamil diberi obat-obat penenang dan
analgetik dosis rendah. Kala II diperpendek dengan ekstraksi vakum/forceps.
3. Bila ada indikasi obstetrik untuk
sectio caesarea, hal ini dilakukan dengan bekerja sama dengan ahli anestesi
untuk memperoleh anestesi mana yang terbaik.
Penanganan tuberkulosis dalam masa
nifas
1. Usahakan jangan terjadi perdarahan
banyak : diberi uterotonika dan koagulasia.
2. Usahakan mencegah adanya infeksi
tambahan dengan memberikan antibiotika yang cukup.
3. Bila ada anemia sebaiknya diberikan
tranfusi darah, agar daya tahan ibu kuat terhadap infeksi sekunder.
4. Ibu dianjurkan segera memakai
kontrasepsi atau bila jumlah anak sudah cukup, segera dilakukan tubektomi,
Penanganan Bayi Baru Lahir Yang
Sehat dari Ibu yang menderita Tuberkulosis
Bayi baru lahir yang sehat dari ibu
yang menderita tuberkulosis, harus dipisahkan dengan segera setelah lahir
sampai pemeriksaan bakteriologi ibu negatif dan bayi sudah mempunyai daya tahan
tubuh yang cukup. 50% bayi baru lahir dari ibu yang menderita tuberkulosis
aktif, menderita tuberkulosis pada tahun pertamanya, maka kemoprofilaksis
dengan isonizid 1 tahun dan vaksinasi BCG harus segera dilakukan sebelum
menyerahkan bayi pada ibunya. Pendapat ini masih diperdebatkan, tetapi
keputusan akhir dilakukan dengan pertimbangan lingkungan sosial ibu, ibu dapat
dipercaya dapat mengobati diri sendiri dan bayinya yang baru lahir.
Vaksin BCG termasuk golongan kuman
hidup yang dilemahkan dari M.bovon yang telah dikembangkan 50 tahun yang lalu.
Semua BBL dari ibu yang TBC aktif atau reaktif harus divaksinasi pada hari
pertama kelahitan dengan dosis 0,1 ml intracutan pada regio deltoid jika
divaksinasi. Efek sampingnya dapat membesar dan terjadi ulkus. Setelah 6 bulan
papul merah tadi dapat mengecil, berlekuk dengan jaringan parut putih seumur
hidup.
Untuk mengurangi waktu pemisahan ibu
yang menderita tuberkulosis aktif dengan bayinya, dapat diberikan INH dan BCG
segera setelah bayi lahir, bayi dipulangkan ke ibunya jika INH profilaksis
telah diberikan sampai tes tuberkulin positif. Dua syarat menggunakan cara
pengobatan ini adalah kuman tuberkulosis ibu sensitiv terhadap INH dan
penderita dapat dipercaya bisa dan mampu memberikan obat tersebut pada ibunya.
Cara pemberian ASI pada wanita
dengan tuberculosis
Pemberian ASI dari ibu yang meminum
obat tuberculosis selama kehamilan dan tetap diteruskan estela persalinan tidak
berbahay bagi bayi. Wanita yang tenderita tuberculosis dapat menyusui bayinya
dengan menggunakan master sehingga dapat mencegah terjadinya penularan pada
bayi.
Prognosis
Pada wanita hamil dengan
tuberculosis aktif yang diobati secara adekuat, secara umum tuberculosis tidak
memberikan pengaruh yang buruk terhadap kehamilan, masa nifas dan janin.
Prognosis pada wanita hamil sama dengan prognosis wanita yang tidak hamil,
abortus terapeutik Sekarang tidak dilakukan lagi.
BAYI LAHIR DARI IBU DENGAN DIABETES
DEFINISI
Definisi
diabetes mellitus dalam kehamilan ialah gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat
yang terjadi (atau pertama kali dideteksi) pada kehamilan. Batas ini tanpa
melihat dipakai/tidaknya insulinatau menyingkirkan kemungkinan adanya gangguan
toleransi glukosa yang mendahului kehamilanDiagnosis diabetes sering dibuat
untuk pertama kali dalam kehamilan karena penderita untuk pertama kali datang
kepada dokter atau diabetesnya menjadi lebih jelas oleh kehamilan. Diabetes
menunjukkan kecendrungan menjadi lebih berat dalam kehamilan dan keperluan akan
insulin meningkat
Klasifikasi
Untuk
kepentingan diagnosis, terapi dan prognosis, baik bagi ibu maupun bagi anak,
pelbagi klasifikasi diusulkan oleh beberapa penulis, diantaranya yang sering
digunakan ialah klasifikasi menurut White yang berdasarkan umur waktu
penyakitnya timbul, lamanya, beratnya dan komplikasinya
1.
kelas
A diabetes gestasional ( tanpa vaskulopati)
·
A1.
maintenance hanya diet saja
·
A2.
yang tergantung insulin
2.
Kelas
B. memerlukan insulin, onset usia 20 tahun durasi penyakit kurang dari 10 tahun
dan tidak ada komplikasi vaskuler
3.
kelas
C, memerlukan insulin, onset usia 10-19 tahun, durasi penyakit 10-19 tahun
tidak ada komplikasi vaskuler
4.
Kelas
D, memerlukan insulin, onset usia kurang dari 10 tahun, durasi penyakit 20
tahun, ada benigna diabetic retinopati
5.
kelas
F, memerlukan insulin dengan nefropati
6.
kelas
H, memerlukan insulin dengan penyakit jantung iskemik
7.
kelas
R, memerlukan insulin dengan proliferasi nefropati
8.
kelas
T, memerlukan insulin dengan tranplantasi ginjal.
Klasifikasi
Pyke untuk DM gestasional.
1.
Diabetes
gestasional, dimana DM terjadi hanya pada waktu hamil
2.
Diabetes
pregestasional, dimana DM sudah ada sebelum hamil dan berlanjut sesudah
kehamilan
3.
Diabetes
pregestasional yang disertai dengan komplikasi angiopati.
Klasifikasi
baru tang akhir-akhir ini banyak dipakai adalah Javanovic (1986)
1.
Regulasi baik ( good diabetic Control)
Glukosa
darah puasa 55-65 mg/dL, rata-rata 84 mg/dL, 1 jam sesudah makan < 140
mg/dL. Hb A 1c normal dalam 30 minggu untuk diabetes gestasional dan dalam 12
minggu untuk diabetes pregestasional
2.
Regulasi
tak baik ( Less than optimal Diabetic Control)
Tidak
kontrol selama hamil
Glukosa
darah diatas normal
Tidak
terkontrol baik selama 26 minggu untuk diabetes gestasional atau 12 minggu
untuk diabetes pregestasional
Pengaruh diabetes terhadap kehamilan dan fetus
Dari
segi klinis , gambaran sentral dari metabolisme karbohidrat dapat disimpulkan
dalam istilah sederhana. Jika seorang wanita menjadi hamil maka ia membutuhkan
lebih banyak insulin untuk mempertahankan metabolisme karbohidrat yang normal.
Jika ia tidak mampu untuk menghasilkan lebih banyak insulin untuk memenuhi
tuntutan itu, ia dapat mengalami diabetes yang mengakibatkan perubahan pada
metabolisme karbohidrat. Kadar glukosa dalam darah wanita hamil merupakan
ukuran kemampuanya untuk memberikan respon terhadap tantangan kehamilan itu.
Kadar glukosa darah maternal dicerminkan dalam kadar glukosa janin, karena
glukosa melintasi plasenta dengan mudah. Insulin tidak melintasi barier
plaenta, sehingga kelebihan produksi insulin oleh ibu atau janin tetap tinggal
bersama yang menghasilkan. Akhirnya, glukosuria lebih sering pada wanita wanita
hamil dibandingkan wanita yang tidak hamil.
Fetus
normal mempunyai system yang belum matang dalam pengaturan kadar glukosa darah.
Fetus normal adalah penerima pasif glukosa dari ibu. Glukosa melintasi barier
plasenta melalui proses difusi dipermudah, dan kadar glukosa janin sangat
mendekati kadar glukosa ibu. Mekanisme transport glukosa melindungi janin
terhadap kadar maternal yang tinggi, mengalami kejenuhan oleh kadar glukosa
maternal sebesar 10 mmol/l atau lebih sehingga kadar glukosa janin mencapai
puncak pada 8-9 mmol/l. hal ini menjamin bahwa pada kehanmilan normal pancreas
janin tidak dirangsang secara berlebihan oleh puncak posprandial kadar glukosa
darah ibu. Bila kadar glukosa ibu tinggi melebihi batas normal/ tidak
terkontrol akan menyebabkan dalam jumlah besar glukosa dari ibu menembus
plasenta menuju fetus dan terjadi hiperglikemia pada fetus. Tetapi kadar insulin
ibu tidak dapat mencapai fetus, sehingga kadar glikosa ibulah yang mempengaruhi
kadar glukosa fetus. Sel beta pancreas fetus kemudian akan menyesuaikan diri
terhadap tingginya kadar glukosa darah. Hal ini akan menimbulkan fetal
hiperinsulinemia yang sebandinga dengan kadar glukosa darah ibu dan fetus.
Hiperinsulinemia yang bertanggung jawab terhadap terjadinya makrosomia / LGA
oleh karena meningkatnya lemak tubuh.
Pengaruh diabetes terhadap
kehamilan
Pengaruh
meternal bisa dibagi lagi selama kehamilan, selama persalinan dan selama nifas.
·
Selama
kehamilan :
*
Abortus.
Resiko meningkat pada diabetes tak terkontrol.
*
Pre
eklampsia, Kontrol pre-eklampsia berhubungan dengan rendahnya mortalitas
perinatal
*
Hidramnion.
Insidens meningkat pada diabetes tak terkontrol. Hal ini disebabkan plasenta
yang besar , adanya malformasi kongenital dan poliuria janin akibat
hiperglikemia.
*
Persalinan
prematur. Insidens meningkat bersamaan dengan meningkat disproporsi kepala
panggul, malpresentasi.
·
Selama
persalinan :
*
Persalinan
memanjang akibat bayi yang besar
*
Distosia
bahu
*
Meningkatnya
tindakan operatif
*
Reptura
jalan lahir
*
Perdarahan
postpartum
·
Selama
nifas :
*
Sepsis
puerperalis
*
Berkurang
laktasi
*
Meningkatnya
morbiditas meternal
·
Pengaruh
terhadap janinnya :
*
Janin
mati dalam rahim
*
Makrosomia
*
Maturasi
paru terlambat
*
Trauma
kelahiran
*
Retardasi
pertumbuhan
*
Malfromasi
congenital
*
Meningkatnya
kematian neonatal
BAYI LAHIR DARI IBU DENGAN SIFILIS
DEFINISI
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri
Troponema Pallidum. Penularan melalui kontak seksual, melalui kontak langsung
dan kongenital sifilis (melalui ibu ke anak dalam uterus).
Sifilis kongenital adalah penyakit sifilis yang diderita
janin karena penularan melalui plasenta dari ibu yang menderita sifilis.
PENYEBAB
Sifilis merupakan infeksi kronik menular yang disebabkan oleh
bakteri troponema pallidum, menginfeksi dan masuk ke tubuh penderita kemudian
merusaknya. Sifilis hanya menular antar manusia melalui kontak seksual, atau
Ibu kepada bayinya. Sifilis menular melalui Penis, vagina, anus, mulut,
transfusi dan ibu hamil kepada bayinya.
PATOFISIOLOGI PADA BAYI
Treponema pallida yang berada di darah ibu dapat menembus
plasenta masuk ke janin setelah kehamilan 16 – 18 minggu. Bila si ibu mendapat
sifilis sewaktu ia hamil, manifestasi pada janinnya tergantung pada bilamana
(pada usia kehamilan beberapa minggu) infeksi itu terjadi.
Bila infeksi pada kehamilan yang telah tua, akan terlihat ibu dan anak tidak menunjukkan gejala-gejala sifilis sewaktu kelahiran (baik klinis maupun serologi), sampai beberapa minggu kemudian.
Bila infeksi pada kehamilan yang telah tua, akan terlihat ibu dan anak tidak menunjukkan gejala-gejala sifilis sewaktu kelahiran (baik klinis maupun serologi), sampai beberapa minggu kemudian.
Sebaliknya bila infeksi pada ibu, tentunya juga pada janin
terjadi pada usia kehamilan muda akan mengakibatkan mati dalam kandungan, lahir
prematur, immatur atau lahir dengan gejala sifilis dini. Karenanya infeksi
sifilis selama kehamilan akan mengakibatkan bayi mati dalam kandungan, lahir
immatur, prematur atau lahir dengan gejala sifilis.
Pada umumnya sifilis hanya infeksius pada masa 2 tahun
pertama (sifilis dini), akan tetapi perkecualian pada ibu hamil masih dapat
menularkan sifilis pada janinnya walaupun ia menderita sifilis kasip.
GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis sifilis kongenital ada 3 kemungkinan :
1.
Sifilis kongenital dini bila timbul gejala sejak lahir
atau pada saat-saat sebelum usia bayi mencapai 2 bulan
2.
Sifilis kongenita lanjut (gejala timbul setelah 2 tahun
3.
Stigmata sifilis.
Sifilis Kongenital Dini
Gejala klinisnya sebagian besar seperti sifilis stadium II
(sifilis sekunder) pada penderita dewasa ditambah dengan :
a.
Bula yang disebut impetigo sifilitika.
b.
Fisura pada sudut mulut, kalau sembuh meninggalkan
bekas berupa jaringan parut yang khas.
c.
Pseudoparalysis dari parrot.
d.
Rhinitis.
e.
Hepato-spleno megali
Sifilis
Kongenital Lanjuta
Gejala kliniknya seperti sifilis stadium III (sifilis
tersier) pada penderita dewasa dengan gejala-gejala :
a.
perforasi palatum.
b.
destruksi septum nasi (saddle nose)
c.
sabre tibia.
d.
gejala-gejala “neurosyphilis”
e.
Trias Hutchinsin :
*
keratitis interstitialis.
*
gigi Hucthinson.
*
Ketulian (N. VIII).
f.
Clutton’s joint : hydrartrosis dari kedua lutut, tidak nyeri,
tanpa kelainan X - ray.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
·
Sifilis Kongenital Dini :
1.
Gejala-gejala klinik sifilis kongenita dini.
2.
Didapatkan Spirochaeta
3.
Test serologi : lihat laboratorium.
4.
Foto sinar X tulang panjang : lihat laboratorium.
·
Sifilis Kongenital Lanjut
Didapat gejala-gejala klinik sifilis kongenita lanjut dan
T.S.S – Test Serologi Sifilis yang positif.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan dengan Penisilin prokain injeksi i.m. dengan dosis
50.000 IU/kg BB/hari, selama 10 hari. Pengobatan di atas berlaku bagi yang dini
maupun yang lanjut. Pengawasan teratur, atas gejala klinik dan STS dalam waktu
2 tahun dengan frekuensi setiap bulan, 3 bulan pertama, setiap 3 bulan sampai 9
bulan berikutnya, setiap 6 bulan sampai setahun berikut.
BAYI LAHIR DARI IBU
DENGAN SITOMEGALOVIRUS
DEFINISI
Infeksi Sitomegalovirus adalah
suatu penyakit virus yang bisa menyebabkan kerusakan otak dan kematian pada
bayi baru lahir.
PENYEBAB
Sitomegalovirus
kongenitalis terjadi jika virus dari ibu yang terinfeksi menular
kepada janin yang dikandungnya melalui plasenta (ari-ari). Infeksi pada
ibu mungkin tidak menimbulkan gejala sehingga ibu tidak menyadari bahwa dia
sedang menderita infeksi sitomegalovirus.
Sesudah lahir, bayi bisa tertular
oleh infeksi sitomegalovirus melalui ASI atau transfusi darah. Bayi cukup umur yang ibunya terinfeksi
sitomegalovirus, tidak menimbulkan gejala dan bayi yang diberi ASI terlindung
oleh antibodi yang terkandung di dalam ASI.
Bayi prematur yang tidak mendapatkan ASI dan menjalani transfusi darah yang terkontaminasi, akan menderita infeksi yang berat karena mereka tidak memiliki antibodi.
Bayi prematur yang tidak mendapatkan ASI dan menjalani transfusi darah yang terkontaminasi, akan menderita infeksi yang berat karena mereka tidak memiliki antibodi.
GEJALA
Kebanyakan bayi yang menderita
sitomegalovirus kongentitalis tidak menunjukkan gejala. Hanya 10% yang menunjukkan
gejala-gejala berikut:
·
berat badan lahir rendah
·
mikrosefalus
(kepala kecil)
·
kejang
·
ruam kulit (peteki/bintik-bintik
kecil berwarna keunguan)
·
jaundice
(sakit kuning)
·
ubun-ubun menonjol
·
pembesaran hati dan limpa (hepatosplenomegali)
·
peradangan retina
·
kalsifikasi intrakranial
(pengendapan mineral di dalam otak).
30% dari bayi tersebut meninggal.
30% dari bayi tersebut meninggal.
Lebih dari 90% bayi yang selamat
dan 10% dari bayi yang tidak menunjukkan gejala, di kemudian hari akan
mengalami kelainan saraf dan otak (diantaranya tuli, keterbelakangan mental dan
gangguan penglihatan). Bayi yang terinfeksi setelah lahir bisa menderita pneumonia,
pembesaran dan peradangan hati serta pembesaran limpa.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala dan hasil pemeriksaan fisik serta riwayat infeksi sitomegalovirus pada
ibu ketika hamil. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pembiakan terhadap
contoh air kemih atau darah.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
·
Analisa air kemih untuk mencari badan
inklusi virus
·
Titer antibodi terhadap sitomegalovirus
pada ibu dan bayi
·
Rontgen kepala (menunjukkan adanya
kalsifikasi intrakranial)
·
Kadar bilirubin (untuk menilai beratnya
jaundice dan kerusakan hati)
·
Funduskopi
(bisa menunjukkan adanya korioretinitis)
·
Hitung darah lengkap (bisa menunjukkan
adanya anemia)
·
Rontgen dada (untuk menunjukkan
pneumonia).
PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk
infeksi sitomegalovirus pada bayi.
Anti-virus gancyclovir tidak diberikan karena memiliki efek samping yang berbahaya bagi bayi. Pengobatan ditujukan kepada terapi fisik dan pemilihan sekolah khusus untuk anak-anak yang menderita keterbelakangan psikomotorik.
Anti-virus gancyclovir tidak diberikan karena memiliki efek samping yang berbahaya bagi bayi. Pengobatan ditujukan kepada terapi fisik dan pemilihan sekolah khusus untuk anak-anak yang menderita keterbelakangan psikomotorik.
BAYI LAHIR DARI IBU DENGAN HEPATITIS
B
DEFINISI
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh “Virus Hepatitis B”
(VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus dapat menyebabkan peradangan hati akut
atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis
hati atau kanker hati. Jika sudah berkembang menjadi kanker hati, pada seluruh
bagian hati akan terbentuk jaringan-jaringan ikat serta tonjolan-tonjolan
regenerasi, sehingga struktur jaringan hati menjadi kacau.
PENULARAN
Hepatitis
B banyak ditularkan melalui jarum suntik atau dari seorang ibu kepada bayinya
yang dilahirkannya. Virus hepatitis B dapat ditemukan pada hampir semua cairan
tubuh seperti air ludah, air mata, cairan semen, cairan otak bahkan Air Susu
Ibu.
BAYI
YANG TERTULAR HEPATITIS
Ibu yang terinfeksi virus hepatitis
B berisiko menularkan virus tersebut kepada bayinya melalui kontak langsung
dengan cairan tubuh atau darahnya pada saat persalinan. Hepatitis B pada bayi
yang baru lahir biasanya tidak menimbulkan gejala. Bila ada gejala, maka
gejalanya adalah :
·
penyakit
kuning,
·
lesu
·
pertumbuhan
terhambat
·
distensi
perut, dan
·
kotoran
berwarna coklat.
Imunisasi dapat membantu mencegah
penularan hepatitis B dari ibu ke bayi. Virus hepatitis C, meskipun sangat
jarang terjadi, dapat ditularkan ibu ke bayinya pada saat persalinan melalui
kontak langsung dengan darah ibu yang terinfeksi. Wanita dengan tingkat virus
hepatitis C yang rendah dalam darah mereka kecil kemungkinannya menularkan
virus itu ke bayi mereka. Wanita dengan tingkat virus yang tinggi, mereka yang
mengalami kerusakan hati parah atau pada fase akut dari infeksi, berisiko lebih
tinggi untuk menularkan hepatitis C ke bayi mereka. Infeksi hepatitis C
biasanya tidak menimbulkan gejala.
Infeksi virus Hepatitis B dan
Hepatitis C bisa menyerang dewasa, anak-anak dan bayi yang baru lahir.
Hepatitis B dan juga Hepatitis C dapat menyebabkan infeksi kronik yang berakhir
menjadi sirosis dan kanker hati.
Namun infeksi Hepatitis B pada bayi
memberi resiko yang sangat besar. Pada bayi di kandungan maupun saat lahir yang
tertular Hepatitis B mayoritas akan kronis. ''Bayi yang tertular Hepatitis B di
atas 90 persen akan kronis dan seumur hidupnya akan menderita. Dan hanya 10
persennya yang bisa sembuh.
Hepatitis B lebih mudah ditularkan sebesar
50-100 kali dibanding penularan HIV. Penularan Hepatitis B bisa melalui darah
dan cairan tubuh. Di antaranya penularan dengan transfusi darah, melalui jarum
atau alat pribadi seperti pisau cukur orang yang mengidapnya. Semua penularan
melalui kulit atau selaput lendir terluka, bukan melalui makanan.Bayi umumnya menerima banyak imunisasi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya dari berbagai penyakit. Tapi untuk vaksin hepatitis B sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 7 hari,lebih baik lagi jika bisa diberikan dalam waktu 1 hari atau 12 jam. Begitu bayi dilahirkan dan dibersihkan darahnya, tempel di dada ibunya untuk mendapatkan imunisasi menyusu dini (IMD) lalu berikan vitamin K dan 3 jam kemudian berikan vaksin hepatitis B setidaknya maksimal hingga 7 hari.